Pencinta Sesat

Sepeninggal kamu, aku duduk pada kursi bekasmu duduk, menghadapi meja berantakan.
Mengerjakan apa saja tanganmu tadi?
Jahat sekali.
Gelas plastik bekas minuman kau cabik-cabik,
Kau potong bibirnya, kau gunting kulitnya membentuk spiral,
Mengelilinginya hingga ke bawah.
Tega sekali kamu.
Gelas yang telah berjasa memberimu minum kamu sikssa.
Apa tujuanmu?
Kurang kerjaan sekali kamu?
Mending kalau kau manfaatkan. Ini tidak.
Kamu mencincangnya, lalu kamu meninggalkannya, berserakan di meja.
Bayangkan kamu jadi dia,
Bisakah merasa?

Jangan kamu lakukan itui. Jangan sekali-kali lagi!

Jangan samakan gelas itu denganku, yang ketika melihat meja berserakan sisa-sisa kejahatan tanganmu, sebaliknya, aku malah bahagia. Setidaknya, tidak seluruh dirimu berlalu, ada sisa yang kau tinggalkan, untuk kupandang, atau kucium. Ada wangi pada guntingan-guntingan plastik itu. Ada wangi pada bibir meja di depanku.

Di sini, bersama sisa kejahatanmu, aku mencatat kenangan

Di sekeliling meja ini, tadi kita asyik membicarakan kartu undangan. 

Kamu memilih desain kesukaanmu. Undangan untuk pernikahanmu nanti.
Antusias kamu pilih berbagai model undangan gaya anak muda jaman sekarang.
Aku terkaget-kaget, rupanya selama ini aku kurang update
Kukira buat anak muda masih begitu melulu, yang ada ukirannya, yang ada gambar merpatinya. Rupanya zaman sudah beda. Sekarang, desain sudah lain. Kartu undangan sudah ada-ada saja. Gaya kemasan kartu perdana, gaya kemasan pasta gigi, gaya status facebook, gaya sampul facebook, cangkang coklat, KTP, sangat banyak ternyata.......

Kamu mau undangan gaya lucu, baiklah kupesankan....
Akan tetapi mohon maaf,
Di hari pernikahanmu, nanti, sepertinya
Aku tak mungkin hadir, karena, saat itu, aku sudah terbaring di rumah sakit
Bersama sisa kejahatanmu