Kamis, 27 Februari 2014

Mendidik Anak dengan Cinta

Dari dulu, saya senang tulisan dengan bertema anak-anak. Tidak tahu kenapa, begitu saja suka. Buku-buku yang saya pinjam dari perpustakaan, banyak membahas tentang pendidikan anak. Padahal waktu itu, saya masih kelas dua Madrasah Aliyah, dan itu berlanjut hingga seusai sekolah. Saya banyak membaca di sana, bahwa setiap anak itu cerdas. Jangan pernah orang tua menyepelekannya. Seorang anak yang bodoh kurang bisa menangkap pelajaran di sekolah, dan rangking setiap tahunnya selalu merah, sebenarnya anak itu tidak bodoh. Dia cerdas, hanya saja dia cerdas pada bidang lain. 

Yang saya baca dari buku-buku itu, orang tua angan pernah terlalu keras memaksanya. Thomas Alfa Edison, seorang yang terkenal dengan ribuan temuannya, adalah seoranga anak "bodoh" yang ditendang dari sekolahnya. Dia baru bisa membaca pada usia 14 tahun, akan tetapi karena ibu dia menyayanginya, ilmu Edison memberi kemanfaatan yang banyak bagi dunia.

Tugas terpenting orang tua kepada anak sebenarnya menyayanginya, menjaganya, dan bukan memaksanya untuk ini untuk itu, terlebih jika yang dia paksakan itu bukan sesuatu yang Alloh perintahkan. Akan tetapi, banyak sekali orang tua, yang terlalu banyak tuntutan kepada anaknya, seakan ingin, anaknya itu serba bisa. Saya sangat tersentuh ketika membaca judul sebuah buku. Buku itu bersambul biru, bergambar perahu kertas. "Anak Sempurna atau Anak Bahagia?"

Nabi saya sendiri, Muhammad Saw, terkenal sebagai penyayang anak. Ketika hari lebaran seorang anak yatim dilihatnya menangis, dia dekati dan tanya, kenapa kamu menangis. Anak itu menjawab, ayahku sudah tiada. Dia meninggal dalam perang. Nabi bersabda, andai saja ada seorang yang mau jadi ayahmu, bersediakah kamu? Anak itu menjawab, tidak mungkin ya Rasululloh. Kemudian Rasulullah bersabda, aku bersedia menjadi ayahmu.

Kali lain seorang wanita datang ke hadapan Nabi, membawa seorang anak laki-laki, kemudian dengan lembut Nabi mengambil ke pangkuannya, dan anak itu pipis. Ibunya tahu dan marah, segera merenggut anak itu dengan keras dari pangkuan Nabi, dan nabi tak suka. Nabi mengingatkan ibu itu supaya bersikap lembut kepada anaknya. Nabi katakan kepada Ibu itu, bahwa air kencing pada kain, bisa disucikan dengan siraman air, namun apa yang bisa menjernihkan keruhnya jiwa seorang anak manakala mereka dibentak.

Begitulah mendidik anak dengan cinta, orang tua memperlakukan anaknya dengan lemah-lembut.

Boleh Memaksa Akan Tetapi........

Ada saat-saat tertentu di mana orang tua harus memaksa kepada anaknya. Misalnya dalam hal yang bisa membahayakan si anak. Orang tua harus memaksa si anak supaya tidak melakukan hal yang membahayakannya, atau memaksa si anak melakukan sesuatu supaya selamat dari bahaya yang mengancamnya.

Contohnya menggosok gigi. Anak akan berontak jika orang tua memaksanya menggosok gigi, karena anak itu belum mengerti apa manfaat gosok gigi. Si anak pun belum mengerti kerugian yang bakal dideritanya jika dia tidak menggosok gigi. Namun di sini, menurut saya, orang tua penting memaksanya, namun tetap dengan lembut. Tangkaplah anak itu dengan lembut, gosok giginya dengan lembut, asal sisa-sisa makanan pada giginya bersih, dan jangan sampai sambil mencaci-makinya. Pastinya anak menangis dan menjerit-jerit, biarkan saja, daripada menangis jika nanti dia sakit gigi, lebih baik dia menangis sekarang karena gosok gigi. Dan hasilnya, orang tua sendiri yang bahagia, ketika gigi anak lain hancur lebur tinggal sepotong, maka si ibu ini bahagia gigi anaknya masih bagus dan rapi.

Atau dalam masalah shalat ketika anak itu mencapai usia 7 tahun. Orang tua harus mengajarkanya, dan ketika anak itu sampai umur 10 tahun. Orang tua harus memukulnya jika dia meninggalkan. Sama juga ini pun dilakukan dengan gaya kasih sayang. Orang tua harus sudah memberitahukan kepada anaknya, bahwa jika anaknya meninggalkan shalat, maka dia akan memukulnya, dan kemungkinan besar pukulan itu sakit. Nah, maka jika suatu hari si anak meninggalkan shalat, orang tua memukulnya dengan kasih sayang. Nak, mohon maaf ya, kamu sudah berjanji, jadi Ibu mau memukulmu, mudah-mudahan kamu jangan mengulanginya lagi. Haduh, ada nggak ya ibu selembut ini. Saya kira harus ada. Jika kapal terbang saja bisa tercipta, masa membentuk diri menjadi orang tua pencinta tidak bisa.

Kembali kepada sub tema. Begitulah, dalam hal tertentu, orang tua boleh-boleh saja memaksakan anaknya,  akan tetapi, tetap melakukannya dengan sikap dan perkataan yang penuh kasih sayang.

Kita cukupkan dulu.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar