Adat teluk timbunan kapal, adat gunung tepatan kabut, peribahasa indah ini memberi kita pesan, bertanya kepada tahu, berguru kepada yang bisa. Para motivator selalu berkata, belajar itu seharusnya, kepada orang seorang yang sangat ahli.
Mau ilmu menulis terbaik, bertanyalah kepada penulis hebat. Mau ilmu rancang bangun, bergurulah kepada arsitek terbaik, mau ilmu bela diri, bergurulah kepada jawara terbaik. Tapi ketika Anda ingin tahu bagaimana cara menjalani hidup terbaik, maka yang saya sarankan, bergurulah kepada orang yang sangat sadar, bahwa dia sedang menghadapi kematian.
"Tahukah kau, aku menghayati pemandangan di luar jendela itu, lebih dari yang telah kau perbuat?"
"Menghayati?"
"Ya, aku memandang ke luar jendela ini setiap hari. Aku melihat perubahan yang kualami oleh pohon-pohon di sana, seberapa kuat angin yang berembus. Seolah-olah aku dapat menyaksikan bergulirnya waktu yang melewati bingkai jendela itu. Karena aku tahu waktuku hampir habis, aku tertarik menghayati alam seolah-olah baru pertama kali melihatnya."
"Setiap orang tahu mereka akan mati, tapi tidak setiap orang sadar, kematian bisa mendatangi mereka kapan saja. Kalau saja mereka sadar, mereka akan mengerjakan segala sesuatunya secara berbeda."
"Mengetahui bahwa kita akan mati, dan selalu bersiap diri kalau-kalau mati itu datang kapan saja. Itu lebih baik, karena dengan cara itu sesungguhnya kita dapat berperan, dalam proses yang terjadi sementara kita masih hidup."
"Berbuatlah seperti apa yang diperbuat oleh orang Budhis. Setiap hari, bayangkan di pundak kita ada seekor burung yang bertanya: Sekarangkah hari ajalku? Siapkah aku? Sudahkah aku mengerjakan apa yang perlu kuperbuat? Apakah aku telah menjadi seperti yang kukehendaki?"
"Sesungguhnya, begitu kita ingin tahu bagaimana kita akan mati, itu sama dengan belajar bagaimana kita harus hidup. Aku ingin mengatakan sekali lagi, begitu kita ingin tahu bagaimana kita akan mati, itu sama dengan belajar bagaimana kita harus hidup."
"Kebanyakan kita hidup seperti orang yang berjalan sambil tidur. Kita sesungguhnya tidak menghayati dunia ini secara penuh, karena kita separuh terlelap, mengerjakan semuanya yang terpikir oleh kita."
"Ketika kita menyadari, kematian akan datang kapan saja, kita akan membuang semua embel-embel dan memusatkan semua perhatian kepada inti persoalan. Ketika kita dasar kita akan mati, kita melihat sesuatu secara berbeda."
"Belajar tentang cara mati, maka kita belajar tentang cara hidup."
"Bahkan aku tidak tahu makna sesungguhnya dari istilah pengembangan spiritualitas. Tapi aku sungguh tahu, bahwa kita kekurangan sesuatu. Kita terlalu sibuk dengan urusan kebendaan, dan semua ternyata tidak membuat kita merasa puas."
Kutipan kata mutiara di atas saya ambil dari perkataan seorang yang sadar, sebentar lagi dirinya akan meninggal. Dialah Morrie, profesor tua, guru penulis Mitch Albom, yang kisahnya dia ukir dalam bukunya Tuesday With Morrie. Buku ini bestseller Internasional, karena kekayaan isinya. Ungkapan-ungkapan di atas dia ucapkan, setelah dokter memvonis dia, sebentar lagi akan meninggal dunia. Setelah membacanya Anda, mudah-mudahan Anda mengerti, itulah yang dipikirkan oleh seorang yang akan meninggal. Dia punya pandangan berbeda tentang bagaimana cara menjalani hidup.
Jika Anda mau merencanakan kehidupan Indah, belajarlah kepada orang yang sadar akan segera meninggal. Mereka rata-rata, lebih serius merencanakan kematiannya yang indah, sehinggal kehidupan yang mereka jalani sebelum mati itu, sebisa mungkin menjadi kehidupan indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar