Kepada pembantah, kepada penentang, siapapun Anda komentator tulisan saya, jujur saya nyatakan, sekarang, saya selalu senang. Sebabnya banyak, tapi di sini, saya hanya bisa menyebut 4:
Sebab pertama, mereka menambah pengetahuan Seringkali mereka memberi ilmu. Komentar mereka memberi sudut pandang lain, sudut pandang yang sebelumnya tak pernah saya pikirkan. Misalnya dulu, dalam masalah syiah, setahu saya golongan ini sekedar sempalan aqidah pengkultus Ali, dan kehadirannya di Indonesia, tidak begitu berbahaya. Akan tetapi, ketika saya posting mengenai Jalaluddin Rahmat, sebagian komentator menyatakan, jika Syiah ini sangat berbahaya. Jika mereka menang dan berkuasa pada suatu negara, mereka bisa menghalalkan pembunuhan untuk memberantas lawan politiknya. Bagi saya ini menjadi wawasan baru, soal benar tidaknya pernyataan dia, berdasar atau howax, itu urusan lain.
Sebab kedua, mengapa saya bahagia dengan komentator macam apapun, karena mereka, baik pendukung atau penentang, semuanya sama, sudah mau meluangkan waktu membaca tulisan saya. Apa yang lebih membahagiakan bagi seorang penulis, selain ketika tahu tulisannya dibaca. Sakit perut lapar, miskin tak punya uang, semuanya terlupakan ketika seorang pengarang tahu karyanya dibaca orang, begitu yang saya baca dalam novel legendaris Tenggelamnya Kapal Van der Wijk.
Sebab ketiga, seringkali, mereka memberi kegembiraan. Ini maaf saja, tapi terus terang ini sangat lucu. Kepada tulisans aya, banyak yang terang-terangan menyebut tidak suka. Tapi anehnya, saat sikap tidak sukanya saya tanggapi, terus-menerus dia memberi komen. Menurut saya ini sangat lucu. Mestinya orang tak suka itu menjauh, ini malah sebaliknya, malah semakin dekat, semakin intim. Saya sendiri hanya bisa berbangga, orang seperti ini pasti tak tahan dengan daya magis kepribadian saya. Akibatnya, dia tak sanggup pergi beranjak.
Sebab keempat, diantara komentator banyak yang memberi konsultasi gratis. Tanpa saya bayar, diantaranya ada yang coba mendiagnosa penyakit saya, dan memberitahukan kesimpulannya, bahwa saya gila, katanya. Padahal, jika saya harus mendatangi psikolog, belum tentu dia mau dibayar seratus ribu. Yang lebih menakjubkan, dengan gratis dan cuma-cuma, bahkan ada yang membantu meramalkan masa depan. Pernah seorang komentator mengatakan pada saya: "Orang seperti ini nih yang bakal masuk neraka". Anda tahu sendirilah jaman sekarang, minta ramalan dukun profesional mahalnya pasti lumayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar