Semobil dengan keluarga penulis. Bagi saya, itu bukan lagi mimpi. Sepulang workshop, itu saya alami.
Pak Isa yang baik hati, mengajak serta di mobilnya. Dan bagai anak kucing, saya ikut dengan senang hati.
Dan pengalaman itu.....sesuatu banget! Soalnya, selama ini, yang namanya Asma Nadia itu cuma gambar, cuma buku, cuma tulisan...dan ketika saya buka youtube, juga cuma video. Itu pun sekilas-sekilas saja. Dia memang ada di facebook, tapi hadeuhh, komunikasi dengannya susah. Sekali muncul tulisannya, udah gak datang-datang lagi, udah gak bisa ditanya lagi. Orang-orang berkerumun datang, ngak-ngak-ngok, prat-pret-prot, cas-cis-cus mengomentari postingannya, dia cuek aja. Sekali waktu, saya candai mbak Asma dengan melecehkan bukunya lewat tulisan "Assalamualaikum Beijing Seharusnya Dilarang Beredar.", baru deh mbak Asma muncul, minta link blog: "Dana, linknya dong!" katanya. Sudah saya kasih link blog, ya sudah, dia ngilang lagi. Jangankan balas ngomen, nge-like aja tidak. Datang sekali, langsung kabur lagi.
Tapi sekarang tidak. Dia ada, duduk di jok depan, di samping putrinya, di depan suaminya, yang duduk di samping saya, Pak Isa.
Sejak menganal fiksi Islami, nama Asma Nadia langsung ke hati. Saya tak malu buat jujur-jujuran, kalau baca buku mbak Asma, saya suka habiskan sampai kulit belakangnya. Waktu itu, sedang gencar-gencarnya tren fiksi islami. Berbagai nama bermunculan. Bagai pop corn dalam penyangrayan. Dan dari semua penulis yang ada, saya senang banding-bandingkan, siapa yang tulisannya paling mengesankan. Bukan mengada-ada, pilihan saya jatuh pada buku Asma Nadia. Karenanya, semoga Anda percaya, waktu sekolah, saya rela habis banyak uang buat beli bukunya. Pernah pula beli majalah Annida, cerpen mbak Asma ada di sana. Wah, sampai berkali-kali saya mengulangnya, Saya tak percaya bakal ketemu langsung dengan orangnya.
Bagaimana dengan Pak Isa?
Mulai mengenal namanya, saya memandang Isa Alamsyah adalah sosok misteri. Namanya paling muncul pada biografi singkat di bagian belakang novel Mbak Asma.
"Nama asli penulis ini Asmarani Rosalba. Suami Isa Alamsyah ini...dst."
"Nama asli penulis ini Asmarani Rosalba. Suami Isa Alamsyah ini...dst."
Isa Alamsyah? Siapa Isa Alamsyah?`
Pengusaha terkenalkah? Politikuskah? Ilmuwankah? Cendikiawan? Pejabat teras atas? Saya belum pernah mendengarnya. Jadi, untuk nama yang satu ini, tidak membuat saya penasaran. Pada awalnya. Hingga.....
Pengusaha terkenalkah? Politikuskah? Ilmuwankah? Cendikiawan? Pejabat teras atas? Saya belum pernah mendengarnya. Jadi, untuk nama yang satu ini, tidak membuat saya penasaran. Pada awalnya. Hingga.....
Suatu hari, datang kiriman sekardus buku dari Rumah Baca Asma Nadia. Kardus itu saya bongkar, dan di dalamnya, saya menemukan sebuah buku dengan format besar. Buku itu bergambar seseorang, dan saya tahu dia siapa setelah membaca nama penulisnya, Isa Alamsyah. Buku itu berwarna merah dengan label bestseller, saya langsung penasaran ingin membuka isinya. Luar biasa, masuk ke halaman mana saja, langsung mendapatkan mutiara. Bertaburan di dalamnya kisah-kisah, dan semua kisah itu sangat berharga. Penulis menyusunnya dalam format misteri yang membuat pembaca merasa penasaran. Misalnya ketika dia mau mengisahkan pemeran Rambo, dia memulai kisahnya tanpa menyebutkan nama. Dia menyebut, seorang pria, seorang bocah, seorang wanita, dan seterusnya. Buku itu seharusnya tersimpan di rumah baca, namun saya, dengan licik malah membawanya ke rumah. Itu buku berharga, No Excuse! Wah dari judulnya saja sudah memberikan tenaga.
Kepada penulisnya?
Haha, masih juga belum penasaran. Saya kira Isa Alamsyah sekedar pembicara, motivator, dan seorang pembicara, bagi saya bukan seorang istimewa. Orang-orang seperti ini, sudah banyak saya dengar. Saya hanya tertarik pada bukunya, bukan pada orangnya. Hingga suatu ketika, akhinya saya tahu juga satu hal besar dari seorang Pak Isa.......
Dan itu terjadi ketika saya gila facebook. Seorang teman memasukkan saya ke dalam sebuah grup, Komunitas Bisa Menulis, dan saya perhatikan, ini grup cukup aktiv dan serius. Akan tetapi saya heran, dalam grup ini saya tidak bisa menulis. Wall tidak tersedia, tapi akhirnya mengerti. Hanya admin saja yang bisa nulis di sana. Apalah daya, akhirnya saya hanya bisa ngomen. Beberapa tulisan orang telah terangkat ke wall, dan saya hanya bisa ngomen.
Dalam gerak-gerik saya berikutnya, tidak sengaja saya merusak dokumen orang. Pemiliknya nangis, dan yang lain, mendamprat saya dengan segala sebutan. Semua nyaris kerjasama menyudutkan saya. Dan saya bingung, ini tidak sengaja. Malam semakin larut, dan dalam kebingungan itu datang sebuah akun........
Akun ini......
Bergambar profil cover buku.....
Cover buku itu, sangat saya kenali, sampulnya merah, bergambar seseorang
Seseorang yang selama ini, saya anggap jauh, jauh, jauhhhhhh sekali
Seseorang yang selama ini, saya kira, takkan bisa dengannya berkomunikasi
Isa Alamsyah....
Dia datang.....sebagai admin, selayaknya dia mendamprat saya, memarahi saya, dan mencaci maki saya, tapi...dia tidak.
Meski sudah jelas yang merusak dokumen itu saya, dengan hati-hati dia bertanya, "Ini siapa yang mengganti dokumen?"
Cepat saya ngaku. "Saya Pak!"
"Dana, jadikan ini yang pertama dan terakhir ya!"
Melayang, terbang, ke angkasa luas saya serasa dibantingkan, dan mendarat di padang rumput luas. Duduk sila memandang alam, ada seorang anak gembala di sana, menunggang kuda, di kelilingi kawanan domba, dan saya mendengar nyanyian serulingnya yang menyanyikan kedamaian, persahabatan, ketenangan, lukisan indah dunia, kasih sayang orang tua, lagu-lagu rindu, musik melayu......Teman, di sinilah mulai saya melihat Pak Isa berbeda.....dia penulis, pasti banyak baca. Dari sekian banyak bacaannya, dia pasti membaca cara mengingatkan manusia tanpa menyinggungnya.
Hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan saya berapada di grupnya, tapi gaya saya, masih tetap seperti yang lama, kontoversial dan pengacau. Tapi Pak Isa?
Paling dia mengingatkan dengan kata:
"Hmmmmmhhh"
"Ini bagaimana kalau dibaca anak-anak ya?"
"Ini Dana kelakuan masih sama aja."
Di sini saya hanya malu dan nyengir. Saya semakin hormat padanya, Pak Isa tak pernah menunjukkan sewotnya. Padahal menurut perhitungan, sudah seharusnya dia menendang saya. Tapi tidak. Semakin lama semakin baik, semakin saya mendapatkan banyak ilmunya, semakin tulisannya nikmat saya baca. Dia menulis spontanitas, saat itu terpikir, saat itu menulis, dan saat itu juga tulisannya langsung menjadi tulisan menarik. Ini orang tidak biasa, pikir saya, maka saya terus menggali informasi tentangnya dengan bertanya langsung padanya, bagaimana masa kecilnya, bagaimana awal mula karir menulisnya, dan bagaiman prinsip hidupnya...dan dia, tidak pernah pelit berbagi ilmu, dia tidak menempatkan dirinya sebagai orang eksklusif alias jual mahal, tapi murah hati, berbagi, akrab, ekspresif, dan tidak pernah takut kehabisan ilmu buat dibagikan......yang membuat perbincangan di rumah bersama istri, banyak yang bertema Pak Isa.
"Tapi dia muslim kan?" Tanya istri saya.
"Ya muslim lah. Sembarangan saja kamu!"
"Itu karena saya perhatikan namanya, kok Isa. Nabi Isa itu kan nabinya orang......."
"Haaahhh! Bukan, dia orang muslim, suaminya Asma Nadia yang jilbaber itu."
Namun sejauh itu, nama Isa Alamsyah sebatas onlen, sebatas gambar, sebatas kata-kata, sebatas tulisan, sedangkan bertemu dengan orangnya? Belum pernah, bahkan buat berharap pun susah. Entah bagaimana caranya.
Tapi sore ini, petang ini, di awal malam ini, saya duduk di sampingnya, mendengarnya, melihatnya, langsung menyimak prinsip-prinsip hidupnya, candaan bersama istrinya, candaan kepada anaknya, sopirnya, dan sedikit drama-drama menarik di rumahnya.....
Memangnya di mobil Bu Asma Nadia bercerita apa saja, ilmu apa saja yang dibagikan Pak Isa, dan bagaimana tingkah Putri Salsa?
Maaf, masalah itu, biar jadi rahasia saya.
Kepada penulisnya?
Haha, masih juga belum penasaran. Saya kira Isa Alamsyah sekedar pembicara, motivator, dan seorang pembicara, bagi saya bukan seorang istimewa. Orang-orang seperti ini, sudah banyak saya dengar. Saya hanya tertarik pada bukunya, bukan pada orangnya. Hingga suatu ketika, akhinya saya tahu juga satu hal besar dari seorang Pak Isa.......
Dan itu terjadi ketika saya gila facebook. Seorang teman memasukkan saya ke dalam sebuah grup, Komunitas Bisa Menulis, dan saya perhatikan, ini grup cukup aktiv dan serius. Akan tetapi saya heran, dalam grup ini saya tidak bisa menulis. Wall tidak tersedia, tapi akhirnya mengerti. Hanya admin saja yang bisa nulis di sana. Apalah daya, akhirnya saya hanya bisa ngomen. Beberapa tulisan orang telah terangkat ke wall, dan saya hanya bisa ngomen.
Dalam gerak-gerik saya berikutnya, tidak sengaja saya merusak dokumen orang. Pemiliknya nangis, dan yang lain, mendamprat saya dengan segala sebutan. Semua nyaris kerjasama menyudutkan saya. Dan saya bingung, ini tidak sengaja. Malam semakin larut, dan dalam kebingungan itu datang sebuah akun........
Akun ini......
Bergambar profil cover buku.....
Cover buku itu, sangat saya kenali, sampulnya merah, bergambar seseorang
Seseorang yang selama ini, saya anggap jauh, jauh, jauhhhhhh sekali
Seseorang yang selama ini, saya kira, takkan bisa dengannya berkomunikasi
Isa Alamsyah....
Dia datang.....sebagai admin, selayaknya dia mendamprat saya, memarahi saya, dan mencaci maki saya, tapi...dia tidak.
Meski sudah jelas yang merusak dokumen itu saya, dengan hati-hati dia bertanya, "Ini siapa yang mengganti dokumen?"
Cepat saya ngaku. "Saya Pak!"
"Dana, jadikan ini yang pertama dan terakhir ya!"
Melayang, terbang, ke angkasa luas saya serasa dibantingkan, dan mendarat di padang rumput luas. Duduk sila memandang alam, ada seorang anak gembala di sana, menunggang kuda, di kelilingi kawanan domba, dan saya mendengar nyanyian serulingnya yang menyanyikan kedamaian, persahabatan, ketenangan, lukisan indah dunia, kasih sayang orang tua, lagu-lagu rindu, musik melayu......Teman, di sinilah mulai saya melihat Pak Isa berbeda.....dia penulis, pasti banyak baca. Dari sekian banyak bacaannya, dia pasti membaca cara mengingatkan manusia tanpa menyinggungnya.
Hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan saya berapada di grupnya, tapi gaya saya, masih tetap seperti yang lama, kontoversial dan pengacau. Tapi Pak Isa?
Paling dia mengingatkan dengan kata:
"Hmmmmmhhh"
"Ini bagaimana kalau dibaca anak-anak ya?"
"Ini Dana kelakuan masih sama aja."
Di sini saya hanya malu dan nyengir. Saya semakin hormat padanya, Pak Isa tak pernah menunjukkan sewotnya. Padahal menurut perhitungan, sudah seharusnya dia menendang saya. Tapi tidak. Semakin lama semakin baik, semakin saya mendapatkan banyak ilmunya, semakin tulisannya nikmat saya baca. Dia menulis spontanitas, saat itu terpikir, saat itu menulis, dan saat itu juga tulisannya langsung menjadi tulisan menarik. Ini orang tidak biasa, pikir saya, maka saya terus menggali informasi tentangnya dengan bertanya langsung padanya, bagaimana masa kecilnya, bagaimana awal mula karir menulisnya, dan bagaiman prinsip hidupnya...dan dia, tidak pernah pelit berbagi ilmu, dia tidak menempatkan dirinya sebagai orang eksklusif alias jual mahal, tapi murah hati, berbagi, akrab, ekspresif, dan tidak pernah takut kehabisan ilmu buat dibagikan......yang membuat perbincangan di rumah bersama istri, banyak yang bertema Pak Isa.
"Tapi dia muslim kan?" Tanya istri saya.
"Ya muslim lah. Sembarangan saja kamu!"
"Itu karena saya perhatikan namanya, kok Isa. Nabi Isa itu kan nabinya orang......."
"Haaahhh! Bukan, dia orang muslim, suaminya Asma Nadia yang jilbaber itu."
Namun sejauh itu, nama Isa Alamsyah sebatas onlen, sebatas gambar, sebatas kata-kata, sebatas tulisan, sedangkan bertemu dengan orangnya? Belum pernah, bahkan buat berharap pun susah. Entah bagaimana caranya.
Tapi sore ini, petang ini, di awal malam ini, saya duduk di sampingnya, mendengarnya, melihatnya, langsung menyimak prinsip-prinsip hidupnya, candaan bersama istrinya, candaan kepada anaknya, sopirnya, dan sedikit drama-drama menarik di rumahnya.....
Memangnya di mobil Bu Asma Nadia bercerita apa saja, ilmu apa saja yang dibagikan Pak Isa, dan bagaimana tingkah Putri Salsa?
Maaf, masalah itu, biar jadi rahasia saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar